BGA , Blood Gas Analisa , AGD , Analisa Gas Darah


Pengertian
Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan laboratorium yang
ditujukan ketika dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa pasien. Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol melalui tiga mekanisme, yaitu system buffer, sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999). Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan dan kekurangan gas. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium lainnya.

Definisi Asam Basa
Konsentrasi ion hydrogen dan pH
Keasaman atau kebasaan suatu larutan tergantung dari ion hydrogen yang dikandungnya. Peningkatan kadar H+ akan menurunkan pH sehingga larutan menjadi lebih asam. Penurunan H+ akibat penambahan basa ke dalam plasma akan menaikan pH. Tubuh manusia dapat mempertahankan keseimbangan asam basa dengan mengganti basa dan asam kuat dengan basa  atau asam lemah. 

·  Asam adalah ion hydrogen atau donor proton. Suatu cairan disebut asam bila mampu melepaskan atau menyumbang ion H+.
   H2CO3                      =       H+   + HCO3-
   (Asam)

·   Basa adalah ion hydrogen atau akseptor proton. Suatu cairan bersifat basa bila menerima ion H+.  
   H+   + HCO3-                  =          H2CO3
       (Basa)

Asam karbonat (H2CO3) adalah asam, karena mampu mengeluarkan ion H+  untuk menjadi HCO-3. Sedangkan bikarbonat (HCO3 ) adalah basa karena dia mampu menangkap H+  untuk menjadi H2CO3. Kadar ion hydrogen dalam serum adalah 0,0000001gr/l atau 10-7gr/l, angka yang sulit untuk diperhitungkan, sehingga biasanya dipakai logaritma negative dari angka tsb yang dinamakan pH. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi H+ adalah :
·      Pemberian asam melalui makanan
·      Penambahan secara endogen dari hasil metabolisme (laktat)
·      Penambahan secara endogen yang tidak fisiologis (peragian dalam usus, DM)
·      Pengeluaran asam/basa oleh ginjal dan usus
·      Pengeluaran CO2 oleh paru
·      Pembentukan asam dalam jumlah besar oleh sel-sel lambung

Regulasi Asam Basa 

Sistem Penyangga (Buffer)
Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar dalam pH cairan tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion hidrogen, bufer dapat bekerja dengan cepat untuk mencegah perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam karbonik. Walaupun bikarbonat-asam bikarbonat merupakan penyangga utama dalam plasma (90%), namun di dalam sel kurang berarti. Hemoglobin di dalam sel darah merah sebagai protein intraseluler, memegang peranan penting dalam sistem penyangga. Sistem ini bertanggung jawab dalam transport CO2 baik dari jaringan maupun dalam paru. Bila kadar CO2 dalam plasma naik, akan terjadi difusi ke dalam sel darah merah yang kemudian akan diubah oleh enzim karbonik anhidrase menjadi asam karbonat (CO2 + H2O  H2CO3). Dalam keadaan normal, perbandingan asam karbonat : bikarbonat dalam cairan ekstraseluler adalah 1:20. Jumlah total asam karbonat tidaklah penting, yang terpenting adalah perbandingannya harus tetap untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler termasuk fosfat anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler termasuk protein, fosfat organik dan anorganik, dan dalam sel darah merah, hemoglobin.

Sistem Respirasi
    Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respon terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
   Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida
( untuk meningkatkan beban asam).

Sistem Renal
      Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal. Dalam keadaan asidosis respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam keadaan alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau hari).
    Dalam cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler terdapat beberapa kombinasi kimiawi yang bertindak sebagai penyangga terhadap perubahan kadar H+  yang mendadak. Substansi–substansi ini akan mempertahankan cairan tubuh dalam keadaan pH relatif konstan. Sistem penyangga selalu terdiri dari 2 bagian, yaitu asam lemah (donor H+) dan garam dari asam tersebut. Jadi bila asam kuat ditambahkan ke dalam larutan, proton bebas (H+) akan bergabung dengan penerima proton (basa) untuk membentuk asam lemah. Demikian pula bila basa kuat (OH) ditambahkan ke dalam larutan, akan menarik  H+  dari asam lemah membentuk H2O, sehingga mengurangi perubahan kadar  H+ .


MACAM-MACAM ASIDOSIS DAN ALKALOSIS

Asidosis Resporatorik (Peningkatan Asam Karbonat)
PH turun PCO2 naik. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan CO2 dalam plasma akibat berkurangnya ventilasi. Berkurangnya ventilasi dapat disebabkan oleh pneumotoraks, efusi pleura, atelektasis atau sumbatan jalan nafas. Dalam bentuk kronis penyebabnya adalah emfisema obstruktif, asma, bronchitis, penekanan pusat pernafasan, gangguan otot-otot pernafasan.

Pada keadaan-keadaan ini paru-paru menahan CO2 sehingga rasio 1:20 dilampaui. Pada taraf permulaan kadar bikarbonat masih normal. Tapi akibat peningkatan CO2 kadar asam bikarbonat naik sehingga rasionya 2:20. Mekanisme kompensasi dilakukan oleh tubuh. Ginjal menahan natrium dan bikarbonat, mengeluarkan klorida, ion hydrogen, dan anion lainnya, sehingga urin menjadi lebih asam. Hasilnya adalah peningkatan kadar bikarbonat yang akan membantu mempertahankan ph normal. Pengobatan harus dilakukan demikian pula usaha memperbaiki ventilasi, sebelum timbul hipoksia yang akan memperburuk keadaan.

Pada kegawatan nafas akut, jalan nafas harus dijaga dan ventilasi mekanis dilakukan sampai PCO2 kembali ke nilai normal. Cairanpun harus diberikan dalam bentuk larutan laktat. Ion laktat akan diubah di dalam hati menjadi bikarbonat, sehimgga meningkatkan kadar bikarbonat dalam serum. Sebagai ringkasan dapat dilihat bahwa : hipoventilasi menyebabkan CO2 terkumpul, maka kadar H2CO3 naik, selanjutunya kadar H+ naik dan terjadilah asidosis respiratorik.









Alkalosis respiratorik  (defisit asam karbonat)
PH naik PCO2 turun. Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Keadaan ini berhubungan dengan menurunnya kadar CO2 + H2CO3 dalam plasma, dan meningkatnya
pH akibat peningkatan ventilasi alveolar. Alkalosis respiratorik dapat terjadi pada:
·         Hiperventilasi emosional        
·         Ensefalitis
·         Keracunan salisilat
·         Gangguan pusat pernafasan

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
•    rasa nyeri
•    sirosis hati
•    kadar oksigen darah yang rendah
•    demam
•    overdosis aspirin

Alkalosis respiratorik yang berat dapat timbul pada tetani disertai aritmia jantung, karena kurangnya
ion kalsium atau keracunan digitalis. Pada keadaan ini paru menegluarkan CO2 demikian banyak
sehingga kadar asam karbonat berkurang.

Mekanisme kompensasi pada tahap awal dilakukan oleh ginjal dengan mengeluarkan bikarbonat
NAdan K+, sehingga urin menjadi basa, sedangkan H+  dan anion-anion ditahan. Bila penderita
dalam respirator, keseimbangan asam basa dapat diperbaiki. Karena K+ dikeluarkan melalui urin,
maka diperlukan pemberian cairan yang mengandung K+, sedangkan CI- diperlukan untuk mengganti
kedudukan HCO3.









Asidosis metabolik  (defisit bikarbonat)

PH turun HCO3 turun. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Yang terjadi adalah perbandingan bikarbonat
terhadap asam bikarbonat menjadi berkurang. Kompensasi tubuh dilakukan dengan mengeluarkan
CO2 melalui paru dan ginjal, menahan bikarbonat dengan mengeluarkan H+ dan anion-anion lain.
Pengobatan harus ditujukan untuk menghilangkan penyebab meningkatnya produk metabolit asam,
memperbaiki fungsi ginjal dengan hidrasi yang baik, dan mengganti bikarbonat dengan natrium atau
KHCO3. Apabila kadar laktat dalam darah tidak naik, larutan yang mengandung laktat dapat
diberikan, karena ion laktat di dalam hati akan diubah menjadi bikarbonat.

Penyebab utama dari asidosis metabolik:
•   Gagal ginjal
•   Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
•   Ketoasidosis diabetikum
•   Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
•   Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau 
     amonium klorida
•   Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau 
     kolostomi







Alkalosis metabolik  (peningkatan bikarbonat)

       PH naik HCO3 naik. Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Hal ini terjadi bila asam kuat keluar dari dalam tubuh. Misalnya pada keadaan muntah – muntah banyak HCL yang keluar. Karena H+ dan CI- banyak keluar, natrium bebas akan mengikat HCO3 yang akan bertambah jumlahnya bila asam karbonat berkurang. Untuk mengurangi peningkatan kadar bikarbonat, pernafasan akan ditekan sehingga asam karbonat ditahan, sedangkan bikarbonat Na+, dan K+ dikeluarkan.







     Penyebab alkalosis metabolic yang paling sering pada penderita jantung adalah pemberian diuretik golongan air raksa. Berkurangnya K+  dalam sel oleh berbagai sebab akan menyebabkan alkalosis, melalui peningkatan bikarbonat dan penurunan klorida di dalam serum. Pemberian Na bikarbonat atau Na laktat dalam dosis besar dapat menyebabkan alkalosis. Ini bukan disebabkan karena bertambahnya natrium, karena Na+  bukan penerima proton sehingga tidak mengganggu kadar H+. Tetapi akibat meningkatnya kadar bikarbonat, yang selanjutnya akan mengurangi kadar H+  dengan membentuk lebih banyak asam karbonat, yang kemudian dikeluarkan sebagai CO2 dan HO2.

     Pengobatan alkalosis harus termasuk usaha untuk mencegah berlanjutnya pengeluaran asam bersamaan dengan penggantian anion-anion dan K+ . Sebaiknya diberikan NaCl dan KCI untuk menanggulangi kekurangan kalium dan mengganti ion bikarbonat dengan CI


Pengukuran Keseimbangan Asam Basa

     Gangguan asam basa paling mudah dinyatakan menurut tekhnik Astrup, karena dengan sedikit darah dapat diketahui pH secara tepat dan tepat dengan menggunakan normogram dari “Sigaard Anderson”,dapat diketahui secara tidak langsung “base excess” dan bikarbonat.

     Ph dapat diukur secara langsung memakai pH meter. Keadaan disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kurang dari 7,35 dan disebut alkalosis bila pH lebih dari 7,45. “Base excess” adalah jumlah basa kuat atau asam kuat pada setiap liter darah yang bertambah akibat gangguan metabolik. Harga normal “base excess” adalah -2 s/d +2 meq/l. Basa yang diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolik adalah sebanyak BB(kg) x 0,3 x BE meq

Berikut ini adalah 3 langkah mudah untuk menginterpretasikan AGD:
1.    Tentukan apakah pH nya normal, acidosis atau alkalosis
PH darah arteri merupakan sebuah pengukuran konsentrasi ion hydrogen. Karena asam didefinisikan sebagai cairan yang mempunyaikemampuan untuk memberikan ion hydrogen dan basa didefinisikan sebagai cairan yang mempunyai kemampuan untuk menerima ion hydrogen, , maka pH dapat menunjukkan keseimbangan dari sttus asam-basa dalam darah arteri. Nilai pH normalnya 7,40 dengan batas normal 7,35 – 7,45. Jika terdapat peningkatan ion hydrogen, maka berarti ph menurun, sehingga darah bersifat acidosis. Sedangkan bila terjadi penurunan ion hydrogen berarti pH naik, hal ini menunjukkan darahnya bersifat alkalosis.
2.  Tentukan penyebab ketidakseimbangan pH
Untuk menentukan penyebab dari ketidak seimbangan pH apakah metabolik atau respiratory problem, maka kita tentukan buffer mana yang mempunyai permasalahan sama dengan pH. Adanya peningkatan kadar PaCO2 menunjukkan adanya acidosis, sedang penurunan PaCO2 menunjukkan alkalosis. Adanya Peningkatan HCO3- menunjukkan alkalosis, sedang adanya penurunan HCO3- menunjukkan acidosis. Tentukan apakah masalahnya pada respirasi atau metabolik
3. Tentukan kompensasi yang telah terjadi
Ada tiga jenis kompensasi dalam keseimbangan asam basa, yaitu kompensasi penuh, sebagian atau tidak ada kompensasi.

a.    Tidak Ada Kompensasi
Dikatakan tidak ada kompensasi bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH dalam batas normal.

b.    Konpensasi Sebagian
Dikatakan terdapat kompensasi sebagian bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH berada diluar batas normal dan nilai pH sendiri juga diluar batas normal.

c.    Kompensasi Penuh
Dikatakan kompensasi penuh bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH diluar batas normal, tetapi nilai pH dalam batas normal.
Dalam menginterpretasi AGD  tidak boleh dilakukan secara terpisah, tetapi harus senantiasa dikonfirmasikan dengan pemeriksaan yang lain seperti riwayat penyakit, pengobatan medis.

Nilai normal Gas Darah Arteri
pH
7,35 – 7, 45
PO2
80 – 100 mmHg
Saturasi O2
≥ 95%
PC O2
35 – 45 mmHg
HCO3-
22 – 26 mEq/L
BE (kelebihan Asam)
-2 - +2


Tanda dan Gejala
No.
Gangguan asam basa
Tanda dan Gejala
1.


2.



  4.         

 5.     


Asidosis Respiratorik


Alkalosis Respiratorik



Asidosis Metabolik


Alkalosis Metabolik
Tanda Narkosis CO2: Sakit kepala, lethargia, mengantuk, koma, Hr>>,Hypertensi, Berkeringat, astriksis/tremor, papiledema, dipsnea

Gejala tak jelas, pusing, paastesia ekstremitas, kram otot, kejang, Reflek tendon dalam>>, aritmia. Hyperventilasi


Pernafasan Kusmaul, Hypotensi, Lethargia, Mual Muntah


Non Specifik, Reflek Hyperaktif, kejang, Hypertensi, Kelemahan

Penyebab
No.
Gangguan asam basa
Etiology

1.



2.




3.



4.
Asidosis Respiratorik



Alkalosis Respiratorik




Asidosis Metabolik



Alkalosis Metabolik
PPOM, over sedasi drugs, gangguan neuromuscular, hypoventilasi, trauma otot pernafasan.


Hipoksia, anxietas, emboli paru, fibrosis, hyperventilasi, cedera otak, keracunan salisilat, demam, septikhemia gram negative, kegagalan hepatic, CHF, asthma, anemia berat

Diabetik,  kelaparan, hyperalkoholik, keracunan, gagal ginjal, diare, anoreksia, post op Ileum, Tx. Gol. Asetazolamid, asidosis laktat

Mual muntah berat, efek terapi gol deuretik, chusing’s syndrome, efek terapi golongan kortikosteroid, hyperaldosteron, hypokalemia berat, terapi alkali, hyperkalsemia non paratiroid

Jenis Gangguan
pH
PCO2
HCO3
As.Respiratorik
Murni
N
Terkompensasi sebagian
Terkompensasi Penuh
N
As.Metabolik
Murni
N
Terkompensasi sebagian
Terkompensasi Penuh
N
As.Respiratorik & Metabolik
Al.Repiratorik
Murni
N
Terkompensasi sebagian
Terkompensasi Penuh
N
Al.Metabolik
Murni
N
Terkompensasi sebagian
Terkompensasi Penuh
N
Al.Respiratorik & Metabolik

DAFTAR PUSTAKA
Arthur c guyton, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, alih bahasa, petrus Andriyanto.-edisi 3- Jakarta : EGC, 1990.
Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh darah Nasional Harapan Kita, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta, 2001

Chaira. 2011. Analisa Gas Darah [online] tersedia http://www.scribd.com/doc/75288842/Analisa-Gas-Darah-Agd di akses tanggal 8 Sebtember 2015 Jam 14.00.

Citha. 2011.  http://www.scribd.com/doc/52259213/agd-ekg-cvp-kumbah-lambung-bls-suction di akses tanggal 8 September 2015 Jam 14.30.

Gallo dan Hudak. 2010. Keperawatan Kritis, Edisi 6 Vol.1. EGC : Jakarta

Ganong, William F, Buku Ajar Fisiologi kedokteran, editor edisi bahasa indonesia: H.M. Djauhari widjajakusumah.-edisi 20- Jakarta : EGC,2002.

Janice Jones, PHD, RN, CNS ,Brenda Fix, MS, RN, NP, Critical Care Notes-Clinical Pocket Guide,2009 by F.A.Davis Company,Philadelphia./ http://www.fadavis.com.

McCann, J. A. S. (2004).Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.




Terimakasih, semoga bermanfaat
Tunggu Ilmu-Ilmu Jantung Berikutnya
butuh PPT hubungi admin
"Hadist riwayat Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW  bersabda, "Apabila seorang di antara kamu berdoa maka hendaklah dia berteguh hati dalam berdoa serta JANGAN pula dia berdoa dengan mengucapkan: "Ya Allah, jika Engkau sudi, maka berilah aku. Sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksanya". (HR. Imam Muslim)

2 comments: